Selasa, 10 Desember 2013

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI EDAMAME




Disusun oleh : Nani Yulianti, S.P
HASIL KEGITAN PRAKTIK LAPANG

BUDIDAYA KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L) Merill
DI DESA SUKAGALIH, KABUPATEN BOGOR
 
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman asli dari China yang telah dibudidyakan sejak 2500 tahun SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antarnegara, kedelai tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan seperti: Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia adalah di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan 2006).
Kedelai banyak digemari oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi baik dalam bentuk olahan (tahu, tempe, susu, kecap) atau segar (cukup direbus) yang dikenal dengan nama kedelai sayur (edamame). Kedelai mengandung 40% protein yang memiliki arti penting sebagai protein nabati untuk meningkatkan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi (Balai Penelitian Tanaman Pangan 2004).
Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung 11,40 gram protein, kalori 582 Kcal, lemak 6,6 gram, serat 15,6 gram, kalsium 140 gram, fosfor 1,7 gram, besi 1 gram, vitamin B2 0,14 gram, vitamin B1 10,27 gram, dan air 71,1 gram (Samsu 2001). Kedelai segar merupakan satu-satunya sayuran yang mengandung  sembilan  jenis asam amino esensial (isoleusin, lisin, leusin, fenilalanin, tirosin, metionin, sistin, treonin, triptofan dan valin) yang dapat menstabilkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol yang dapat mencegah penyakit jantung .Kedelai juga dapat meningkatkan metabolisme dan kadar energi, dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu, kedelai edamame juga mengandung isoflavone, beta karoten, dan serat. Isoflavon dalam kedelai merupakan antioksidan penangkal radikal bebas, meningkatkan sistim kekebalan dan menurunkan resiko pengerasan arteri (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi. Hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan di Jepang menyatakan bahwa wanita Jepang yang mengkonsumi kedelai secara rutin memiliki resiko terserang kanker payudara pada tingkat terendah dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kedelai (Stephan 2009). Oleh karena itu kebutuhan akan kedelai segar akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan makanan bergizi.
Kedelai edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Kedelai ini dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen kedelai edamame relatif singkat dibandingkan kedelai biasa,karena edamame dipanen pada saat kedelai masih hijau (Soewanto et al  2007).
Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar, baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus produksi kedelai edamame. Permintaan negara Jepang terhadap kedelai edamame asal Indonesia terus meningkat (Zuprizal 2003). Menurut Benziger dan Shanmugasundaram (1995) Jepang merupakan konsumen dan pasar utama edamame baik dalam bentuk segar maupun beku. Total  kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara 150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, Jepang mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok pasar edamame Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan 0,96% kebutuhan impor edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor Jepang akan edamame beku terus meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai 60.000-70.000ton/tahun.
Peranan kedelai yang penting sebagai bahan makanan dan untuk kesehatan serta nilai ekonomi yang cukup tinggi, membuat kedelai edamame potensial untuk dikembangkan.

1.2. Tujuan
            Tujuan dari praktik kerja lapang ini adalah untuk mempelajari teknik budidaya kedelai edamame yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Megamendung.

1.3. Waktu dan Tempat
            Praktek kerja lapang dilaksanakan mulai tanggal 01 Agustus 2012 sampai dengan tanggal 01 September 2012 yang bertempat di lahan milik petani terdekat di Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

1.4. Metodologi
            Dalam praktik lapang ini mahasiswa secara aktif terlibat dalam kegiatan budidaya edamame di lapangan. Selain itu dilakukan studi pustaka untuk menambah informasi mengenai teknik budidaya kedelai edamame.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Edamame
Edamame berasal dari bahasa Jepang. Eda berarti cabang dan mame berarti kacang, dapat diartikan sebagai buah yang tumbuh di bawah cabang (Branched bean). Edamame di Cina dikenal dengan sebutan mao dou (Hairy bean) (Miles at al. 2000). Orang Eropa terutama Inggris lebih mengenal jenis kedelai ini dengan nama vegetable soybean (kedelai sayur) atau green soybean dan sweet soybean. Edamame dapat didefinisikan sebagai kedelai berbiji sangat besar(>30g/100 biji) yang dipanen muda dalam bentuk polong segar pada stadia R-6, dan dipasarkan dalam bentuk segar (fresh edamame) atau dalam keadaan beku (frozen edamame) (Benziger dan Shanmugasundaram 1995).
Di Indonesia edamame mulai ditanam pada tahun 1990 di Gadog, Bogor Jawa Barat dan hasilnya dipasarkan dalam bentuk segar di pasar dalam negeri. Pada tahun 1992 edamame dicoba pula pengembangannya di Jember dan sejak tahun 1995 hasilnya mulai dipasarkan dalam bentuk segar beku dan diekspor ke Jepang (Soewanto et al. 2007).



2.2. Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa klasifikasi yang dapat diterima adalah kedelai termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Leguminoceae, sub-famili Papilionaceae Genus Glycine, species Glycine max (L.) Merill (Adisarwanto 2005). Berbagai varietas edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia antara lain Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh. Warna bunga varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu. Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan (Soewanto et al. 2007).
Tanaman kedelai edamame memiliki sistem perakaran tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif  yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Andrianto dan Indarto 2004).
Pertumbuhan  batang kedelai edamame memiliki dua tipe yaitu determinate yang dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah berbunga, sedangkan tipe yang kedua yaitu indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah tanaman berbunga. Tinggi batang kedelai edamame + 60 cm-150 cm (Adisarwanto 2005).
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Irwan 2006). Daun kedelai ada yang berbentuk bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (Andrianto dan Indarto 2004).
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu dengan berwarna putih atau ungu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 2 bunga-25 bunga tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama umumnya terbentuk pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3 minggu-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2 minggu-3 minggu di daerah tropik (Departemen Pertanian 1989)
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai hijau. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyai ukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 cm sampai 11 mm (Andrianto dan Indarto 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
  1. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
  2. Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku minyak, susu dan makanan lain.
  3. Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk segar, polong masih hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), berumur dua bulan. Kelompok kedelai ini di Jepang disebut edamame. (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda, dengan lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm. Warna biji kuning hingga hijau, bentuk biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang (Shanmugasundaram et al. 1991).

2.3.  Syarat Tumbuh
Suhu yang optimal untuk proses perkecambahan kedeai sekitar 30°C, sedangkan untuk pembungaan 24-25°C. Tanaman kedelai termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam bila ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50 hari-60 hari menjadi 35 hari -40 hari setelah tanam (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Pada umumnya pertumbuhan tanaman kedelai akan baik pada pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Kedelai edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-7,0 (Nazzarudin 1993).

2.4. Teknik Budidaya
            Persiapan lahan untuk tanaman kedelai dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah bila ditanam di sawah setelah padi dan pengolahan tanah. Pada tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah + 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan (Deptan 2010).
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau. Jarak tanam untuk penanaman kedelai dengan ukuran 20 cm-40 cm dan yang biasa dipakai adalah 30 cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm, atau 20 cm x 20 cm. Benih ditanam dengan cara ditugal dan dimasukan benih 2-3  biji/lubang tanam (Deptan 2010).
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan. Pemupukan ini meliputi, pupuk kandang, pupuk dasar dan pupuk susulan. Penebaran pupuk kandang dilakukan 5-7 hari sebelum tanam, disebar rata diatas permukaan bedengan, dengan dosis 10-20m3 pupuk kandang/ha. Penebaran pupuk dasar anorganik dilakukan 2-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar merata di atas bedengan dan diaduk sampai tercampur dengan tanah. Pupuk dasar yang digunakan secara umum adalah: urea 50-75 kg/ha, ZK 50-75 kg/ha, dan SP36 150 -250 kg/ha. Pemupukan susulan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hara pada masa pertumbuhan, yaitu masa pertumbuhan vegetatif atau sebelum fase pembungaan (umur 14-20 HST). Takaran pupuk susulan secara umum adalah : urea 25-50 kg/ha, ZA 50-75 kg/ha, ZK 50-75 kg/ha (Soewanto et al. 2007).

2.5. Hama dan Penyakit
Menurut  Meidyawati (2007)  hama tanaman kedelai secara umum adalah lalat kacang, penggerek batang (Agromyza sojae, Melanogromyza sojae,), penggerek pucuk (Agromyza dolichostigma, Melanogromyza dolichostigma dan Shoot borer),  kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa), ulat grayak (Spodoptera litura, Prodenia litura dan Army worm), ulat penggulung daun (Lamprosema indicata atau leaf Roller insect), penggerek polong (Etiella zinckenella, E. Hobsoni, Pod Borer, atau Lima bean Borer), kutu kebul (Bemisia tabacci dan Whitefly). Penyakit utama yang menyerang tanaman kedelai adalah karat kedelai (Phakopsora pachyrhizi, Uromuces sojae, Uredo sojae, P. Sojae, P. Vignae, P. Crotalaria, Phusopella concors, Rust Disease, atau Soybean Rust), mosaik kedelai (Soybean Mosaik disebabkan oleh virus mosaik kedelai atau Soybean Mosaik Virus (SMV).

2.6. Panen
Kedelai edamame biasanya dipanen pada umur 63 hari setelah tanam (HST) sampai 68 HST untuk polong segar, sedangkan unuk panen polong tua pada umur 90 HST (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005) atau pada saat polong berisi padat, atau sedikitnya 85% polong terisi penuh (Miles 2000).
Pemanenan polong kedelai edamame biasanya tidak dilakukan serentak, yang pertama dipanen dengan memilih polong yang besar dan berisi penuh. Setelah polong biji muda diproses dan disortir lalu didinginkan dengan suhu di bawah 30 0C. Biji kedelai yang sudah matang baru dapat diperoleh setelah kedelai masuk fase  pematangan. Biji kedelai dikeringkan hinggga mencapai 15% sampai 18% kadar airnya (Zufrizal 2003).
Menurut Soewanto et al (2007), persyaratan bahan baku edamame di sawah sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan yaitu
1.      Kualitas Bahan Baku Ekspor (BBE)
·      tidak terlalu tua dan terlalu muda
·      jumlah biji dalam polong 2 dan 3 biji
·      jumlah polong per 500 gram sebanyak 160 – 170 buah
·      bebas hama dan penyakit
·      tidak terdapat kerusakan fisik
·      bau khas edamame
·      bentuk polong normal
·      bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur dan lain-lain)
·      warna seragam (hijau normal)
·      kondisi polong segar/ tidak layu
2.      Kualitas Bahan Baku Mukimame (BBM)
·      keluaran dari hasil grading BBE
·      semua polong berbiji satu
·      bersih dari kotoran
·      polong segar/tidak layu
·      kualitas polong bahan muki baik:
ü  warna biji hijau segar
ü  biji tidak cacat (hama/penyakit/mekanis)
ü  polong bernas (tidak kepak)
ü  polong tidak tua

III. GAMBARAN UMUM PETANI

3.1. Keadaan Petani
Bapak Daman adalah salah satu petani hortikultura di Kampung Cihanjawar,Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung yang membudidayakan tanaman kedelai edamame. Sebelum membudidayakan kedelai edamame Pak Daman membudidaya jagung, wortel dan bayam.Pak Daman mulai membudidayakan kedelai edemame pada tahun 2000 karena peluang harga yang lebih menguntungkan. Bapak Daman pada awalnya membudidayakan edamame bermitra dengan PT.Saung Mirwan dengan menjual hasil panennya ke perusahaan tersebut. Mulai tahun 2011 pak Daman menjual hasil panen kedelai edamame ke pengumpul yang membeli langsung ke kebun dengan harga yang sama sehingga tidak memerlukan ongkos lagi. Budidaya kedelai edamame yang dilakukan oleh Pak Daman dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari.
           
3.2. Letak Geografis Kebun
        Kebun bapak Daman berlokasi di Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, seluas 3.500 m2. Lokasi ini berada di ketinggian + 670 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1800 mm  /tahun, suhu harian rata-rata 220C-300C dan kelembaban relatif 48% sampai 92 % .

IV. TELAAH LAPANG DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Lahan
Kegiatan awal yang dilakukan dalam budidaya edamame adalah pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu memotong gulma menggunakan kored dan cangkul sampai bersih. Lahan yang telah bersih dari gulma kemudian diolah secara manual dengan dicangkul. Permukaan tanah dicangkul sedalam + 30 cm dibalik menjadi bongkahan dan tanah digemburkan. Tanah yang telah diolah dan gembur dibuat bedengan untuk pertanaman, dengan ukuran lebar permukaan + 1 meter, tinggi bedengan  20 cm, panjang 8 meter dengan lebar parit +   40 cm.
        Bersamaan pembuatan bedengan diberikan pupuk  kandang berupa kotoran kambing dan pengapuran dengan dolomit. Pupuk kandang dan dolomit dibiarkan selama satu minggu sebelum benih ditanam. Pengolahan tanah bertujuan untuk meremahkan struktur tanah agar benih kedelai edamame yang berkecambah dan akar yang tumbuh mudah menembus tanah. Selain itu pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki tekstur tanah, aerasi tanah, mendorong aktivitas mikroba tanah, membebaskan unsur hara, menciptakan daerah perakaran tanaman yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan mengendalikan gulma (Mukhlis dan Rauf 2006).
            Pembuatan bedengan dilakukan supaya pada saat hujan tanaman kedelai edamame tidak tergenang air hujan dan untuk mempermudah pemeliharaan terutama pada saat penyemprotan dan pemupukan. Bedengan juga dapat memperbaiki aerasi dan drainase tanah  (Haryono 2001). Hal ini baik untuk perkembangan akar tanaman, air di dalam pori-pori tanah mudah bergerak menuju saluran drainase yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.
            Pada saat pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang + 7.500 kg untuk luas lahan + 3.500 m2. Cara pemberian  pupuk kandang (sebagai pupuk dasar) dilakukan dengan cara ditaburkan di atas bedengan dan ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk kandang bertujuan untuk memperbaiki tanah dan tanaman kedelai edamame. Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum penanaman kedelai edamame. Pemberian pupuk kandang dapat membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, meningkatkan porositas tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan (Marsono dan Paulus 2001).
            Pupuk kandang juga merupakan sumber hara dan sumber energi bagi aktifitas mikroba dalam tanah. Selain itu, kelebihan dari pupuk kandang adalah dapat memperbaiki sifat biologi, fisika dan kimia tanah (Hartatik 2006). Pemberian pupuk kandang pada tanaman buncis, dapat mempercepat waktu pembungaan, mempengaruhi jumlah polong, dan bobot biji (Pujiastuti 2005).
            Pada saat pembuatan bedengan  untuk budidaya tanaman kedelai diberikan kapur dolomit. Cara pengapuran dilakukan dengan menyebar di atas permukaan tanah secara merata dan diaduk dengan tanah sekitar kedalaman 20 cm. Pengapuran dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Dosis kapur yang diberikan  sebanyak 300 kg/ 3.500 m2. Pengapuran tanah dengan dolomit bertujuan untuk meningkatkan pH tanah.
            Menurut pernyataan Hardjowigeno (2003), pengapuran bertujuan untuk menjadi tanah kaya akan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar. Molibdenum dapat meningkatkan pengikatan nitrogen oleh bakteri simbiotik dan pembentukan protein.
            Selain pemberian  pupuk kandang dan dolomit dilakukan juga insektisida atau nematisida sistemik dalam bentuk granul (furadan) pada saat pengolahan tanah. Furadan diberikan sebanyak 6 kg untuk luas lahan 3.500 m2. Furadan diberikan dengan cara ditabur di atas permukaan tanah, kemudian diaduk dengan tanah. Pemberian  furadan  bertujuan sebagai pelindung benih dari gangguan insektisida dan nematisida tanah.

4.2 Penanaman
            Benih edamame ditanam di atas permukaan bedengan setelah disebar pupuk kandang dan pupuk dasar. Sebelum benih ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan cara ditugal. Alat tugal terbuat dari kayu bulat yang berdiameter + 5 cm dan panjang + 1 meter. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman + 3 cm dengan jumlah baris lubang tanam 5, dengan jarak tanam + 20 cm x 20 cm. Benih kedelai edamame ditanam 2 biji/lubang tanam dan ditutup  dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan (untuk menutup benih agar tetap berada ditempatnya dsn menjaga kelembaban benih).  
Penanaman benih kedelai edamame yang dilakukan di lahan pada pagi hari,  karena pada saat itu kondisi tanah masih lembab (basah) dan dilakukan secara serentak (Mashar 2010). Penanaman kedelai edamame dilakukan dengan cara ditugal, benih kedelai edamame ditanam 1 atau 2 biji/lubang tanam. Penanaman yang dilakukan sesuai dengan pernyataan Susila (2006), bahwa benih cukup ditanam 2 biji /lubang tanam.

4.3. Pemeliharaan Kedelai Edamame
4.3.1. Pemupukan
            Pemupukan tanaman kedelai edamame menggunakan pupuk: 100 kg Ponska (pupuk N), 100 kg TSP, 100 kg KCl, 10 kg NPK mutiara (15-15-15) dan 100 kg ZA per 3500 m2. Pupuk diberikan secara bertahap pada saat tanaman berumur 2 dan 6 minggu setelah tanam (MST). Pupuk diberikan dengan cara keempat jenis pupuk dicampurkan kemudian ditaburkan secara merata di sekitar perakaran tanaman.
            Pupuk yang digunakan pada tanaman kedelai edamame adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Jenis pupuk kandang yang digunakan yaitu kotoran kambing dan pupuk buatan yang digunakan untuk tanaman kedelai edamame adalah TSP, KCl, ZA, Ponska, dan NPK. Pemupukan dengan pupuk buatan dilakukan dua kali pemupukan. Menurut Sarwono (2003), pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit dalam dua atau tiga kali pemupukan.
            Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST), dan pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST. Banyaknya pupuk yang diberikan untuk tanaman kedelai edamame pada saat pemupukan pertama dan kedua yaitu 50 kg KCl, 50 kg ZA, 50 kg Ponska, 50 kg TSP, dan 5 kg NPK. Pemupukan dilakukan dengan cara mencampur semua pupuk dan ditebar secara merata ke semua tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditebarkan bertujuan untuk efisiensi waktu dan tenaga kerja. Adapun kekurangan dari pemberian pupuk secara top dressed ini, apabila terjadi hujan pupuk akan mudah tercuci dan pada saat kondisi cuaca panas akan mudah terjadi penguapan pada pupuk.
Tanaman kedelai dapat memperoleh hara N dari tanah, dari pupuk (organik dan anorganik) yang ditambahkan, maupun dari N udara melalui fiksasi bakteri Rhizobium dalam bintil akar kedelai. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting bagi tanaman. Tanaman dapat menyerap unsur hara nitrogen dalam bentuk protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+) (Hardjowigeno 2003). Dalam keadaan aerasi baik senyawa-senyawa N akan diubah ke dalam bentuk NO3 (Nyakpa et al. 1988)
Pada kondisi optimum, 60% kebutuhan N kedelai dapat dipenuhi dari mekanisme fiksasi N-udara oleh bakteri Rhizobium dalam bintil akar tersebut       (Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian 2012). Akan tetapi untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang maksimum tanaman kedelai masih harus ditambahkan sejumlah pupuk nitrogen yang diberikan melalui pemupukan (Baharsjah 1983).
Nitrogen berfungsi dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, pembentukan protein, klorofil,asam nukleat dan mengaktifkan koenzmi. Tanaman yang kekurangan nitrogen akan menampakan pertumbuhan kerdil, pertumbuhan akar terbatas,  daun-daun kuning dan gugur (Hardjowigeno 2003). Kelebihan N, biasanya membuat daun berwarna gelap, sukulen, pertumbuhan vegetatif yang hebat dan membuat tanaman mudah rusak (Nyakpa et al. 1988).

4.3.2. Penyulaman
            Penyulaman tanaman kedelai edamame dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST). Tanaman kedelai yang tidak tumbuh atau kena hama dan penyakit dilakukan penyulaman. Penyulaman tanaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dan mengganti tanaman yang pertumbuhannya kurang baik yang disebabkan serangan hama dan penyakit. Penyulaman kedelai edamame yang dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST) dengan mengganti benih yang tidak tumbuh dengan cara pindah tanaman dari tanaman kedelai edamame yang tumbuh dua tanaman perlubang. Penyulaman yang dilakukan sesuai pernyataan Mashar (2010) yaitu pindah tanam dari tanaman yang seumur merupakan cara penyulaman terbaik, dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 hari setelah tanam (HST).

4.3.3. Pengendalian Gulma
            Pengendalian gulma tanaman kedelai edamame mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanaman (MST). Pembersihan berikutnya dilakukan berdasarkan pertumbuhan gulma. Pembersihan gulma dilakukan secara manual dan sederhana menggunakan alat kored.
            Pengendalian gulma yang dilakukan secara mekanik dengan cara mencabut dan atau menggunakan kored bersamaan dengan penggemburan tanah di sekitar tanaman. Pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya bertujuan untuk menghindarkan kompotisi bahan-bahan yang dibutuhkan tanaman seperti cahaya, nutrisi, air, gas CO2, dan ruang yang dapat merugikan tanaman utama (Moenandir 1993).
Gulma yang banyak terdapat di sekitar tanaman kedelai edamame yaitu : babadotan (Ageratum conyzoides), jajagoan (Echinochloa celonum), jampang piit, ramusa, dan rumput seminggu.

4.3.4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)
            Pak Daman melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman kedelai edamame secara kimia dengan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan seterusnya setiap dua minggu sekali. Pestisida yang yang digunakan yaitu Antracol dan Agrimec.
            Penyemprotan pestisida dilakukan dengan cara melarutkan pestisida ke dalam air dengan konsentrasi 1-2 cc/liter air. Pestisida yang telah dilarutkan dalam ember selanjutnya dimasukkan ke dalam tengki sprayer kapasitas 17 liter.  Sprayer yang telah berisi larutan pestisida kemudian dipompa dan disemprotkan ke seluruh bagian tanaman secara merata.
            Pengendalian hama penyakit tanaman kedelai edamame menggunakan agrimec 18 EC dan antracol 70 WP.  Agrimec merupakan insektisida racun kontak untuk mengendalikan hama penggerek polong, penggorok daun, dan penggerek daun. Agrimec dicairkan dengan dosis 1-2 cc/liter air, kemudian dimasukkan ke sprayer gendong dengan volume 17 liter. Selain menggunakan agrimec, digunakan juga antracol. Menurut Alimoeso (1999) Antracol merupakan fungisida racun kontak untuk mengendalikan penyakit bercak daun, rebah batang, dan busuk daun. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari angin dan tingginya penguapan daun tanaman yang akan menyebabkan pestisida tidak menempel pada daun.  

4.4. Panen
             Panen polong kedelai edamame dilakukan setelah polong terisi penuh. Panen dilakukan secara bertahap, panen pertama  pada umur 75 hari setelah tanam (HST) kemudian panen berlanjut sampai polong habis (pada umur 105 hari setelah tanam). Panen polong edamame dilakukan secara manual dengan cara dipetik. Proses pemanenan juga dapat menggunakan gunting atau pisau sehingga lebih mudah untuk melepaskan polong dari pohon. Hasil panen polong kedelai edamame dikumpulkan dalam karung dan langsung dijual ke tengkulak atau ke PT Saung Mirwan.


            Dari lahan seluas 3.500 m2  diperoleh polong muda sebanyak + 500 kg. setiap tanaman menghasilkan +  15-30 polong. Polong edamame ada yang berbiji satu, dua dan tiga. Bobot perbiji mencapai 2 sampai 3 gram. Kedelai segar hijau edamame dapat dipanen pada umur 65-75 hari setelah tanam (HST), ketika 90% polong telah terisi penuh dan berwarna hijau segar. Di Australia kedelai edamame hijau dapat dipanen pada umur 68-86 HST tergantung pada waktu tanam, sedangkan di Indonesia umumnya dipanen pada umur 65-70 HST (Nguyen 1998).
            Kedelai edamame dipanen pada umur 65-75 HST. Mentreddy (2002) menyatakan bahwa waktu optimum untuk pemanenan adalah ketika polong masih berwarna hijau, belum matang dan padat dengan biji hijau yang telah berkembang secara penuh yang biasanya terjadi pada fase pengembangan. Karakteristik fisik yang nampak pada saat pemanenan adalah warna polong hijau terang dan agak sedikit abu-abu, ukuran panjang sekitar 5 cm dan lebar sekitar 1,4 cm dengan jumlah biji dua atau lebih.
            Pada saat pemanenan dilakukan gradding yaitu pemilihan polong yang berbiji dua dan tiga yang dipanen untuk dijual. Umumnya jumlah polong berbiji dua dan tiga sekitar 50% (7 sampai 15 polong per tanaman) dari seluruh polong yang dihasilkan. Menurut Nguyen (1998), varietas edamame mampu menghasilkan polong rata-rata 40-50 polong/pohon dan jumlah polong tidak lebih dari 175 polong untuk setiap 500 gram.
            Mentreddy (2002) menyatakan bahwa di tempat asalnya produksi kedelai edamame dapat mencapai 8 ton-9 ton/hektar tergantung waktu tanam dan musimnya. Produksi edamame ditempat praktik sekitar 1,5 ton/hektar.

4.5. Analisis Usahatani
            Analisis usahatani kedelai edamame yang dilakukan oleh Bapak Daman di Desa Sukagalih, untuk satu musim panen di sajikan pada Tabel. 1.
Tabel 1. Analisis Usahatani
No
Jenis Biaya
Volume
Satuan
Harga Satuan 
(Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya Tetap
1
Sewa Lahan
1
Ha

800.000
Jumlah

800.000
Biya Tidak Tetap
1
Benih
30
kg
50.000
1.500.000
3
Pupuk Organik


a.       Pupuk Kandang
70
 karung
10.000
700.000
4
Pupuk Sintetik





a.       Ponska
b.      TSP
c.       KCl
d.      ZA
e.       NPK
250
250
250
250
30
 kg
 kg
 kg
kg
kg
2500
2500
3000
1300
10.000
625.000
625.000
750.000
325.000
300.000
5
Pestisida


a.       Agrimex
b.      Antracol
4
2,5

Botol
kg

125.000
160.000
500.000
380.000
6
Tenaga Kerja




a.       Pengolahan Tanah
b.      Penanaman
c.       Pemupukan
d.      Penyiangan
e.       Penyemprotan
f.       Pemanenan

10
10
10
8
10
10
 HOK
HOK
HOK
HOK
 HOK
 HOK

25.000
15.000
15.000
15.000
25.000
15.000

250.000
150.000
150.000
120.000
250.000
150.000
Jumlah

Total Biaya Produksi
7.575.000
Hasil panen edamame
1.800
 kg  


Harga jual edamame/ kg


6500

Pendapatan
11.700.000
Keuntungan
4.125.000
BEP Produksi
1.165/kg
BEP Harga
4208/ kg
B/C Ratio
0,54
R/C Ratio
1,54

            Berdasarkan hasil perhitungan analisis usahatani  kedelai edamame untuk luas lahan 1Ha dalam satu kali musim panen, memerlukan biaya produksi sebesar 7.575.000 dengan pendapatan sebesar 11.700.000 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.125.000. Break event point (BEP) akan dicapai pada produksi 1.165 kg. Budidaya kedelai edamame ini menguntungkan karena nilai B/C > 0, dan R/C > 1.
            Menurut Sutiyoso (2006), ada tiga parameter yang biasa digunakan dalam perhitungan analisis usahatani yaitu:
1.      break event point (BEP) yang menunujukkan suatu usaha tidak untung ataupun rugi..
2.      Return cost retio (R/C) yang merupakan perbandingan jumlah penerimaan dengan perbandingan jumlah total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan untung apabila R/C > 1.
3.       Benefit cost ratio (B/C) suatu  usaha akan dianggap untung apabila hasil dari B/C rasio > 0.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Budidaya kedelai edamame di tempat praktik lapang masih harus ditingkatkan dari teknologi budidaya dan pemeliharaannya. Teknologi budidaya yang harus ditingkatkan yaitu pemberian pupuk yang sesuai dengan dosis yang telah direkomendasikan oleh kementrian pertanian untuk tanaman kedelai edamame. Sedangkan dalam pemeliharaan tanaman, penggunaan pestisida dan pengendalian gulma dapat dilakukan secara terpadu.
            Dari luas lahan 1 Ha menghasilkan 1.800 kg kedelai edamame hijau segar. Berdasarkan hasil analisis usahatani kedelai edamame selama satu musim panen didapat keuntungan Rp.4.125.000,00. Keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya kedelai edamame sangat menarik untuk dikembangkan, mengingat harga kedelai edamame segar lebih mahal dibanding harga kedelai lokal segar.

5.2 Saran
            Budidaya kedelai edamame di tempat praktik lapang sebaiknya dilakukan rotasi tanaman. Penggunaan pestisida dalam pengendalian hama penyakit tanaman kedelai edamame sebaiknya dikurangi, dan budidaya lebih diarahkan kekonsep pertanian organik. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, kedelai edamame organik akan lebih menarik konsumen dan meningkatka harga jual. 

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta. Penebarswadaya.
Alimoeso S. 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Penerbit Komisi Pestisida Departemen Pertanian, Koprasi Daya Guna.
Andrianto T T, Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai Kacang Hijau Kacang Panjang. Penerbit. Yokgyakarta.
Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian 2004. Departemen Pertanian. Jakarta. [8 Mei 2012]
Departemen Pertanian. 1989. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatra Utara. Medan. [18 Oktober 2012]
Departemen Pertanian. 2007. Basis Data Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
 [18 Oktober 2012]
Departemen Pertanian. 2010. Teknologi Budidaya Kedelai. Provinsi Kalimantan.   http://distan.kalselprov.go.id/2010/02/teknologi-budidaya-kedelai/ . [2 Mei 2012]
Harjono I. 2001. Sayur-sayur Daun Primadona. Penerbit  CV. Aneka, Surakarta.
Hidajat O O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai Di dalam: Soma Atmaja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung dan Yuswadi. 1985. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Jakarta. Bina Angkasa.
Marwoto, KK, S. Swastika dan P. Simatupang. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. Seminar Nasional Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mendukung kemandirian pangan. Bogor. Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian.
Mashar A Z. 2010. Budidaya kedelai dengan teknologi bio perforasi. [6 Oktober 2012 ]
Meidyawati. 2007. Hama Utama dan Musuh Alami pada Tanaman Kedelai Edamamedi Desa Sukamaju, Megamendung, Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Miles CA, Lumkin TA, Zenz L. 2000. Edamame Departemen of Natural Resources. (http://foodfarm.wsu.edu.html). [7 Mei 2012]
Moenandir, H. J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta. Raja Grafindo. Pesada.
Musa, L, Mukhlis, dan Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Foundamental of Soil Science) Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara, Medan.
Nazarudin. 1993. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta. Penebar Swadaya.
Nguyen VQ. 1998. Edamame ( Vegetable Green Soybean). RIRDC: The New Rular Industries. (http://www.rirdc.gov.au/pub/handbook/edamame.html). [8 Mei 2012]
Noertjahyo. J. 2002. Swasembada Kedelai itu Mudah. Kompas. [10 Mei 2012]
Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara organik. Kanisius
Pujiastuti SR. 2005. Efesiensi Pemupukan NPK dan Pupuk Kandang terhadap Produksi dan Viabilitas Benih Buncis (Phaseolus Vulgaris L). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Richard. J.D., J.G. Louis, and Henry. 1984. Soybeans Crop Production. 5thedition. Engelwood Cliffs, N.J.: Practice Hall. Inc.
Rubatzky, V.E., dan M., Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid ke 2. Catur Herison.Bandung. Penerbit ITB.
Samsu, H. S. 2001. Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor: Edamame ( vegetable soybean). Graha Ilmu dan Florentina. Jember
Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Presindo.
Sharma, O.P. 1993. Plant Taxonomy. New Delhi. Tata McGraw Hill Publishing Company Limited.
Soewanto, Prasongko dan Sumarno. 2007. Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangannya (agribisnis edamame untuk ekspor). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Susila A D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Horticultura, IPB.
Sutiyoso, Y. 2006. Rakit Apung. Jakarta. Penebar Swadaya.
Zufrizal A. 2003. Jepang Tunggu Kedelai Edamame Indonesia (http://www.Bisnis. Com.)
            [3 Mei 2012]


Terimakasih telah membacanya, semoga bermanfaat.





































11 komentar:

  1. Analisanya sangat bagus..
    Ngomong2 boleh minta no kontak petani edamame?

    BalasHapus
  2. Bagi rekan rekan petani edamame bisa minta no contacnya ? Saya perlu untuk pengiriman ke timur tengah.

    BalasHapus
  3. Saya sedang mengembangkan edamame baik pruduk fresh maupun pengadaan benihnya. Jika ada yg membutuhkan saya siap bantu baik dalam hal produk fresh maupun benih. Silahkan kontak saya di 085733660442. atau bisa email saya di ariefsukir@yahoo.co.id. Saya akan bantu baik teknis maupun penyiapan benihnya.

    BalasHapus
  4. Kalo saya lagi nanam kedelai edamame pake media hidroponik. Kira2 bisa apa gag ya berbuah. Kalo skrg unurnya dah 2 mingguan.

    BalasHapus

  5. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan biotan untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai

    BalasHapus
  6. Yang membutuhkan benih edamame siap tanam....bisa kontak di 082226633222

    BalasHapus
  7. Saya membutuhkan kacang kedelai edamame, dalam jumlah besar mohon infonya..
    Hubungi di pin BB saya D3768163.

    BalasHapus
  8. Saya membutuhkan kacang kedelai edamame, dalam jumlah besar mohon infonya..
    Hubungi di pin BB saya D3768163.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berapa kebutuhan edamamenya mungkin saya bisa membantu. Tq (082226633222)pin BB saya 547612F3

      Hapus
  9. JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI

    HUBUNGI KONTAK Kami
    BBM : D8E23B5C
    WHAT APPS : +85581569708
    LINE : togelpelangi
    WE CHAT : togelpelangi
    LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET

    Ayo coba keberuntungan anda
    jutaan rupiah menunggu anda

    BalasHapus